Rabu, 04 November 2009

Satu Malam di Observatorium


Observatorium
Cerita ini hanya khayalan, tapi dibuat mirip kenyataan yang sebenarnya. Dimulai ketika Pak Arif, penulis buku-buku fiksi ilmiah, sedang mengumpulkan bahan-bahan latar belakang untuk proyek berikutnya. Kunjungannya ke Observatorium untuk belajar tentang galaksi, tapi risetnya menghasilkan lebih banyak dari pada sekedar fakta dan hitungan. Ia menjadi salah satu orang pertama yang menyaksikan peristiwa kosmik yang baru.

Malam bulan Desember itu dingin sekali. Pak Arif senang bisa masuk ke dalam ruangan, tapi bahkan ketika ia menutup pintu observatorium di belakangnya, ia melihat nafasnya masih berubah menjadi uap beku putih.
Direktur observatorium menyambutnya dengan menjelaskan, "Saya khawatir anda tidak akan mendapatkan kehangatan di sini karena itu." Ia menunjuk rangka logam raksasa di tengah lantai. Di atasnya pintu atap yang besar bergeser terbuka untuk memperlihatkan langit malam yang mirip beledu hitam yang dihiasi bintang-bintang berkilauan.
Direktur itu melanjutkan,"Ini reflektor satu meter kami. Yaitu teleskop yang kami gunakan untuk melihat bintang-bintang dan galaksi yang jauh. Untuk memastikan kami bisa mendapatkan pandangan paling jernih, kami harus mengurangi gangguan di udara sebanyak mungkin. Artinya kami harus menjaga agar suhu di dalam observatorium sama dengan di luar."

Cermin Cekung dari sebuah Teleskop
Ia mengantar Pak Arif ke pesawat televisi besar di mejanya. "Layar ini menunjukkan pandangan melalui teleskop." Layar itu memperlihatkan cahaya samar yang buram.
"Apakah itu bintang?" tanyak Pak Arif. "Bukan," kata direktur itu sambil memutar-mutar satu set pengendali sampai gambar buram itu berubah menjadi spiral cahaya yang indah dengan bagian tengah yang menggembung dan terang. "Ini adalah galaksi Andromeda. Bahkan, menurut perhitungan, galaksi yang satu ini berisi sekitar 300.000 juta bintang. Ini adalah galaksi besar yang terdekat dengan Bimasakti kita, tapi jaraknya masih sangat jauh, lebih dari dua juta tahun cahaya."
"Bagaimana gambar itu bisa ada di layar? Dari mana asalanya?" tanya Pak Arif sambil mengeluarkan buku catatanya.
"Begini," kata direktur itu. "Cahaya dari galaksi bergerak di angkasa selama dua juta tahun sebelum sampai ke Bumi. Cahaya ini menembus atmosfir bumi dan memasuki teleskop di rangka di atas anda. Cahaya ini mengenai cermin di dasar teleskop dan dipantulkan ke cermin kecil di tengah rangka. Dari sana, cahaya dipantulkan kembali ke bawah melalui lubang di cerming utama terus sampai ke kamera. Kamera mengubah gambar menjadi sinyal listrik dan memasukkannya ke dalam monitor televisi di sini, yang kemudian diubah kembali menjadi gambar di layar.
"Tentu saja, menggunakan teleskop hanyalah sebagian dari pekerjaan astronom. Astronom menghabiskan banyak waktunya untuk mengamalisa hasil pekerjaan mereka sendiri dan mempelajari karya astronom lainya di seluruh dunia."
Pak Arif menulis secepat mungkin. Direktur itu melanjutkan, "Astronomi adalah salah satu ilmu pengetahuan paling tua, tapi masih terus berubah dan terus menghasilkan informasi baru tentang alam semesta. Saya akan memberikan contohnya. Mata astronom adalah detektor cahaya yang sangat buruk untuk digunakan melihat dari ujung teleskop, dan mata tidak bisa menggunakan lempengan foto untuk merekam gambar."
"Dan sekarang anda tidak memakai foto lagi" potong Pak Arif.
"Masih, "jawab direktur itu. "Tapi sekarang kami memiliki detektor yang baru dan lebih peka."

Ia mengajak pak Arif melintasi ruangan ke sebuah komputer. Bisa mengubah gambar dari teleskop menjadi sinyal listrik yang bisa langsung kami masukkan ke dalam komputer. Kemudian komputer bisa memproses gambar untuk menunjukkannya dalam warna dan kontras cukup peka untuk dilihat mata kita."
Ia menekan tombol di keyboard komputer di sebelah layar. "Sistem komputer kami bukan saja menyimpan dan memproses gambar dari teleskop, tapi juga mengendalikan posisi teleskop."
Pak Arif mengamati saat teleskop itu bergerak memutar ke posisi baru.
"Ini adalah pandangan bintang di sebuah daerah di ruang angkasa di mana bintang baru terbentuk," kata direktur itu sambil menunjuk gambar baru yang muncul di layar. "Dengan mempelajari bintang-bintang ini kita bisa belajar sesuatu tentang bintang kita sendiri, Matahari. Kita bisa belajar bagaimana terbentuknya, kapan terbentuknya, berapa lama matahari akan hidup, dan apa yang bisa terjadi pada matahari di masa depan."
Ia menekan beberapa tombol di keyboar. Gambar berubah dari warna kuni keemasan menjadi campuran merah, jingga, dan biru yang kaya.
"Dengan menganalisa energi dari padang bintang, kita bisa mengetahui misalnya berapa panasnya. Komputer telah memberi tiap suhu dengan warna berbeda. Putih dan kuning adalah yang paling panas dan biru yang paling dingin. Kita juga bisa membuat warna mewakili hal-hal lain seperti kecerahan, energi radio, kecepatan, atau arah gerakan. Jadi anda dapat lihat ada banyak cara untuk mengamati planet, bintang, dan galaksi."
Pak Arif menganggu. Ia telah mempunyai banyak informasi untuk bukunya yang berikut.
"Ada kejutan untuk anda,"kata direktur itu. "ketika kami mengamati kiriman gambar terbaru, kami menemukan sebuah galaksi baru yang belum pernah dilihat siapa pun sebelumnya.

Galaksi M33
Ia menekan tombol di komputer dan bola kuning pucat muncul di layar. "Ini adalah benda astronomi jenis khusus yang disebut kuasar. Sangat terang, sampai menelan cahaya yang lebih suram di galaksi sekitarnya, "kata direktur itu, ada nada bersemangat dalam suaranya. "kami sudah berkonsultasi dengan rekan astronomi di Australia, dan mereka memeriksanya dengan teleskop radio mereka. Kami bisa mengetahui banyak hal tentang benda astronomi dengan mengamati panjang gelombang yang berbeda. Teleskop radio menangkap detil yang tidak terlihat dengan teleskop optik kami."
"Maksud anda, anda menerima pesan radio dari kuasar yang jauh itu?"tanya sang penulis.
"Oh, ya,"direktur itu mengangguk. "Sinyal radio keluar dari sana."
"Ada tanda-tanda kehidupan?"
Direktur itu tersenyum. "Sayangnya tidak. Kadang-kadang kami menjalankan penerima radio melalui komputer untuk mencari hal-hal yang menarik. Kadang-kadang komputer menemukan pola singkat, tapi tidak ada yang kelihatannya seperti berasal dari makhluk asing. Maaf, saya harus mengecewakan anda."
Sebuah ide mulai muncul di kepala Pak Arif. Bagaimana kalau analisa rutin sinyal radio dari galaksi yang jauh mengungkapkan pola yang berulang yang kelihatannya seperti berasal dari makhluk cerdas? Seperti apa suara atau rupanya? Bagaimana pesan yang terkunci dalam sinyal aneh itu bisa dibuka dan dimengerti? Apa kira-kira yang mereka katakan? Jenis makhluk seperti apa mereka itu? Pak Arif mengucapkan terima kasih pada direktur itu dan meninggalkan observatorium dengan pikiran penuh gagasan.

Prakata

Cerita diatas hanya khayalan, tapi dibuat mirip kenyataan yang sebenarnya
Ditulus Blog oleh: Ahmad Sahwawi
Judul asli: Looking at Space
Ditulis oleh: Ian Graham
Ahli bahasa: Esther S. Mandjani
Editor: Dr. Lyndon Saputra